Selasa, 18 September 2012

Deklarasi Iman: Sekadar Menebalkan Rasa

 “Menumbuhkan Pohon Keluarga: Satu Pikiran, Satu Tindakan; Satu Kelurga Satu Pohon; Satu Bumi, Satu Masa Depan.” Demikianlah, deklarasi iman Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Benyamin Oebufu (GMIT-JBO), dalam rangka merayakan Bulan Keluarga, HUT GMIT dan Reformasi Gereja Tahun 2012.

Rumusan deklarasi iman di atas adalah hasil dari suatu reflektif  teologis terkait tanggung jawab gereja ketika ia diperhadapkan dengan kerusakan bahkan krisis lingkungan.

Dalam keterikatan akan panggilan kudus mengelola lingkungan alam secara bijakasana, kami mencoba mengemas isi kegiatan perayaan di atas dalam sebuah proyek yang disebut: Proyek Solidaritas Penyelamatan Lingkungan Pesisir Kali Liliba.  

Terdpat (2) dua alasan pokok mengapa kami hendak mengerjakan proyek ini.

Pertama, tentu saja teruma ialah kesadaran akan adanya hubungan harmonis antar Allah dan manusia serta lingkungan alam.

Allah adalah Sang Pencipta dan manusia serta lingkungan alam adalah ciptaan. Karenanya, relasi Pencipta-citaan harus dihormati. Dalam penghormatan itu, manusia sebagai makluk berakal budi harus mewujudkan penghormatannya pula terhadap lingkungan alam sebagai sesama entitas ciptaan Allah yang mimiliki kesetaraaan. Itu berarti manusia tidak boleh sekedar menempatkan dan memperlakukan lingkungan alam sekadar meteri.

Allah adalah Sang Pemelihara dan manusia serta lingkungan alam adalah peliharaan. Karena relasi Pemelihara-peliharaan harus dilanggengkan. Dalam pelanggengan itu, manusia sebagai makluk bernurani harus mewujudkan pemelihataannya pula terhadap lingkungan alam dengan kasih. Itu juga mengartikan bahwa manusia tidak boleh memperlakukan lingkungan alam sekadar objek eksploitasi dalam menuhi kebutuhan-kebutuhannya.    

Dengan demikian, Jemaat Benyamin Oebufu (JBO) pada momentum perayaan kali ini, meferleksikan  hubungan manusia dan lingkungan alam itu dalam dimensi saling ketergantungan harmonis yang berpaut kepada Allah sebagai Sang Pencipta dan Pemelihara.

Kedua, dibimbing oleh semagat dari pokok refleksi pertama di atas, di dorong oleh kesadaran akan tanggung jawab serta pertimbangan akan urgensitas dan utilitas dari penyelamatan lingkungan alam.

Teritory pelayanan Jemaat Benyamin Oebufu (JBO), pada salah satu rangkaian titiknya merupakan adalah daerah yang paling menderita krisis lingkungan. Daerah tersebut ialah pesisir Kali Liliba; mulai dari Rayon 1 – Rayon 9. Di wilayah ini, hidup ratusan jemaat, yang kesehariannya dihantui oleh ancaman banjir dan terutama longsong.

Karena mereka (jemaat) hidup bagai dalam “lingkaran setan” bencana alam, bagaimana mungkin gereja selaku satu persekutuan  dan institusi agama berdiam terhadap ancaman tersebut. Gereja harus melakukan sesuatu yang nyata, sebelum hal-hal yang sangat buruk datang menerpa, sehingga penyesalan dan rasa simpati tak lagi berguna karena ia terasa sebagai kemunafikan dan kebebalan terhadap peringatan Tuhan.  

Semoga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar