“Menumbuhkan
Pohon Keluarga: Satu Pikiran, Satu Tindakan; Satu Kelurga Satu Pohon; Satu
Bumi, Satu Masa Depan.” Demikianlah,
deklarasi iman Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Benyamin Oebufu (GMIT-JBO),
dalam rangka merayakan Bulan Keluarga, HUT GMIT dan Reformasi Gereja Tahun
2012.
Rumusan deklarasi iman di
atas adalah hasil dari suatu reflektif
teologis terkait tanggung jawab gereja ketika ia diperhadapkan dengan
kerusakan bahkan krisis lingkungan.
Dalam keterikatan akan
panggilan kudus mengelola lingkungan alam secara bijakasana, kami mencoba
mengemas isi kegiatan perayaan di atas dalam sebuah proyek yang disebut: Proyek Solidaritas Penyelamatan Lingkungan
Pesisir Kali Liliba.
Terdpat (2) dua alasan
pokok mengapa kami hendak mengerjakan proyek ini.
Pertama,
tentu saja teruma ialah kesadaran akan adanya hubungan harmonis antar Allah dan
manusia serta lingkungan alam.
Allah adalah Sang Pencipta
dan manusia serta lingkungan alam adalah ciptaan. Karenanya, relasi Pencipta-citaan harus dihormati. Dalam
penghormatan itu, manusia sebagai makluk berakal
budi harus mewujudkan penghormatannya pula terhadap lingkungan alam sebagai
sesama entitas ciptaan Allah yang mimiliki kesetaraaan. Itu berarti manusia
tidak boleh sekedar menempatkan dan memperlakukan lingkungan alam sekadar
meteri.
Allah adalah Sang
Pemelihara dan manusia serta lingkungan alam adalah peliharaan. Karena relasi Pemelihara-peliharaan harus
dilanggengkan. Dalam pelanggengan itu, manusia sebagai makluk bernurani harus mewujudkan
pemelihataannya pula terhadap lingkungan alam dengan kasih. Itu juga
mengartikan bahwa manusia tidak boleh memperlakukan lingkungan alam sekadar
objek eksploitasi dalam menuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Dengan demikian, Jemaat
Benyamin Oebufu (JBO) pada momentum perayaan kali ini, meferleksikan hubungan manusia dan lingkungan alam itu
dalam dimensi saling ketergantungan harmonis yang berpaut kepada Allah
sebagai Sang Pencipta dan Pemelihara.
Kedua,
dibimbing oleh semagat dari pokok refleksi pertama di atas, di dorong oleh
kesadaran akan tanggung jawab serta pertimbangan akan urgensitas dan utilitas
dari penyelamatan lingkungan alam.
Teritory pelayanan Jemaat
Benyamin Oebufu (JBO), pada salah satu rangkaian titiknya merupakan adalah
daerah yang paling menderita krisis lingkungan. Daerah tersebut ialah pesisir
Kali Liliba; mulai dari Rayon 1 – Rayon 9. Di wilayah ini, hidup ratusan
jemaat, yang kesehariannya dihantui oleh ancaman banjir dan terutama longsong.
Karena mereka (jemaat)
hidup bagai dalam “lingkaran setan” bencana alam, bagaimana mungkin gereja
selaku satu persekutuan dan institusi
agama berdiam terhadap ancaman tersebut. Gereja harus melakukan sesuatu yang
nyata, sebelum hal-hal yang sangat buruk datang menerpa, sehingga penyesalan
dan rasa simpati tak lagi berguna karena ia terasa sebagai kemunafikan dan
kebebalan terhadap peringatan Tuhan.
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar